Label

Sabtu, 19 April 2014

Goodbye, Hello


            Hari itu sangat mendung. Gemeritik hujan mulai turun membasahi bumi. Tidak seperti gemeritik hujan yang tenang, air mata Lee Jiyoung turun dengan derasnya. Perlahan kerumunan mulai sepi, namun yeoja itu masih berdiri tegak di samping gundukan itu. dia tidak peduli dengan air hujan yang mulai deras berjatuhan membasahi bumi. Kini dia terduduk sambil mengusap air matanya. Berusaha senyum.
“Chanyeol-ah.. wae? Kenapa kau meninggalkanku? Apa kau sudah bosan berpacaran denganku?” katanya sambil berusaha tersenyum namun air matanya tetap meluncur dengan deras.
            Tiba-tiba saja seseorang duduk disamping yeoja itu.
“kajja..” ajak namja itu.
            Jiyoung hanya menangis tanpa henti.
“lihat.. gaunmu jadi kotor seperti ini.. chanyeol tidak akan senang melihatmu seperti ini..” kata namja itu.
“sudah.. berhentilah menangis..” kata namja itu sambil memberikan sapu tangan.
“sehun-ah.. apa dia benar-benar pergi selamanya?? Tanggal berapa ini? Haha pasti ini tanggal satu april kan? Haha april moop.. chanyeol memberi kejutan gila saat april moop” kata Jiyoung.
“ne.. ini april moop, aku harap begitu” kata sehun.
            Tangis Jiyoung semakin kencang.
“kajja.. nanti kau bisa flu jika terus kehujanan seperti ini” kata Sehun.
“kajja..” kata Sehun sambil mengulurkan tangannya.
            Jiyoung pun menyambut uluran tangan Sehun. Kemudian mereka berjalan menjauhi area pemakaman itu.
            Sehun mengantar Jiyoung menuju rumahnya. Sesampainya di rumah, eomma Jiyoung langsung memeluk putrinya.
“gwenchanayo chagiya??” Tanya eomma sambil memeluk putrinya.
“eomma.. sekarang dia sudah pergi untuk selamanya.. ini semua salahku eomma” tangis Jiyoung kembali pecah.
“tidak.. ini bukan salahmu Jiyoung.. ini sudah kehendak tuhan” kata eomma sambil mengelus rambut putrinya.
“ani.. andai saja saat itu aku bisa mencegahnya.. dia pasti masih hidup sekarang” tangis Jiyoung.
“aniya.. segala yang terjadi di dunia ini adalah kehendak tuhan Jiyoung.. ini memang sudah saatnya” kata eomma Jiyoung.
“sudah.. lebih baik kau istirahat dulu sekarang..” kata eomma.
“ne.. eomma” kata Jiyoung.
            Jiyoung pun segera memasuki kamarnya. Jiyoung masih merutuki perbuatannya saat itu.
-Flashback-
            Jiyoung sedang duduk di taman sambil menikmati ice cream choco chips kesukaannya. Diliriknya jam tangannya.
“kemana dia??” batin Jiyoung.
“Jiyoung-aaaahh..” terdengar suara yang sudah sangat dihafal oleh Jiyoung.
            Jiyoung pun menoleh ke belakang dan mendapati Chanyeol sedang berjalan ke arahnya sambil melambaikan tangannya. jiyoung pun berdiri dan berjalan kea rah Chanyeol.
“sudah lama ya? Mianhae, aku harus mengantar nuna ku dulu” katanya sambil tersenyum ramah.
“gwenchana..” kata Jiyoung sambil tersenyum.
            Hari itu adalah perayaan satu tahun mereka berdua pacaran. Mereka berencana untuk menghabiskan waktu bersama-sama untuk berkencan.
“hmm baiklah, kita mau kemana sekarang?” Tanya Jiyoung sambil menjilat ice cream-nya.
“emm masih rahasia.. kajja kita mulai” kata Chanyeol.
“aissh kau ini selalu saja..” kata Jiyoung sambil tertawa kecil.
            Chanyeol hanya tersenyum melihat Jiyoung.
“baiklah kalau begitu, kajja..” kata Jiyoung sambil berbalik.
            Tanpa Jiyoung sadari, ada beberapa namja sedang mengendarai sepeda dengan kencang.
“kyaaa..” teriak jiyoung sambil cepat-cepat menghindar. Ice cream yang tadi di genggamnya pun kini terjatuh.
Degg!
            Jiyoung masih terpaku. Tiba-tiba perasaan tidak enak menyelimuti hatinya.
“Jiyoung-ah..gwenchana?” Tanya Chanyeol, membuyarkan lamunan Jiyoung.
eoh.. ah ne gwenchana..” kata Jiyoung sambil memandangi ice creamnya yang terjatuh.
“kau mau ice cream lagi ya? tunggu sebentar” kata Chanyeol sambil segera berlari.
“Chanyeol-ah.. hya!!! tidak perlu..” teriak Jiyoung.
            Namun teriakan Jiyoung tidak berguna karena Chanyeol hanya berbalik dan tersenyum padanya saat Jiyoung memanggilnya.
“kenapa perasaanku tidak enak?? Semoga saja tidak terjadi apa-apa” gumam Jiyoung.
            Baru saja Jiyoung berusaha menenangkan dirinya, tiba-tiba Jiyoung mendengar suara tabrakan dari jalan. Jiyoung langsung berlari kencang menuju jalan. Dilihatnya beberapa orang berkerumun. Dicarinya Chanyeol di segala arah namun Jiyoung tidak menemukan sosoknya. Jiyoung pun berusaha menerobos kerumunan dengan tubuh mungilnya. Jiyoung pun terkejut melihat namja yang kepalanya sudah bercucuran darah.
“Chnayeooolll.. chanyeol.. bagunlah.. chanyeol.. chanyeooool bertahanlah..” teriak Jiyoung sambil mengguncang tubuh Chanyeol.
            Chanyeol membuka sedikit matanya dan melihat Jiyoung. Dia menyunggingkan sedikit senyum dan menggenggam tangan Jiyoung.
“tidak terasa sudah satu tahun..aku sangat bahagia..saranghae” kata Chanyeol lirih sambil tersenyum.
“chanyeool bertahanlah.. bertahanlah sebentar lagi ambulance akan datang..” kata Jiyoung tanpa bisa menahan airmatanya.
            Chanyeol hanya menganggukkan kepalanya pelan. Jiyoung menggenggam tangan Chanyeol dengan erat. Tanpa sengaja mata Jiyoung tertuju pada ice cream choco chips yang jatuh tidak jauh dari tubuh Chanyeol. Tangis Jiyoung semakin kencang. Beberapa saat kemudian, terdengar suara ambulance dan Chanyeol pun di bawa ke rumah sakit. Namun, Chanyeol tidak dapat bertahan dan meninggal saat di perjalanan menuju rumah sakit.
-Flashback end-
            Jiyoung terus menangis. Air matanya tidak dapat dibendungnya. Dia sangat mencintai Chanyeol. Namja yang sangat usil yang dikenalnya dua tahun lalu saat baru saja memasuki Seoul of Performing Art High School.
“Jiyoung-ah.. gwenchanayo??” Tanya seorang namja sambil membuka pintu kamar Jiyoung.
“Donghae oppa..” teriak Jiyoung.
            Donghae pun langsung memeluk Jiyoung yang sedang duduk di ranjangnya.
“oppa.. aku harus bagaimana?? Aku.. aku membuatnya mati..” kata Jiyoung.
“ani.. ini bukan salahmu ne.. berhentilah menyalahkan dirimu sendiri” kata Donghae.
            Tiba-tiba eomma Jiyoung pun memasuki kamar Jiyoung.
“Jiyoung-ah.. ada seseorang yang ingin menemuimu” kata eomma Jiyoung sambil melihat ke arah sampingnya.
“kurasa aku ingin berbicara dengan jiyoung..” kata yeoja setengah baya itu sambil tersenyum lembut.
            Donghae pun berjalan keluar dan membiarkan mereka berdua mengobrol.
“berhentilah menangis..” kata wanita itu.
“ahjuma.. mianhae, ini semua salahku” kata Jiyoung.
“aniya.. ini bukanlah salahmu..” kata wanita itu sambil memeluk Jiyoung.
“kita berdua sama-sama mencintai Chanyeol.. aku sangat tahu perasaanmu, aku tahu kau akan merasa sangat terpukul.. tapi, ini sudah takdir jiyoung.. tugas Chanyeol di dunia sudah selesai, tapi tidak denganmu, kepergian Chanyeol tidak berarti membuat kehidupanmu berhenti sampai di sini, kau harus melanjutkan hidupmu dan menemukan namja lain suatu saat.. ingatlah satu hal, chanyeol tidak suka melihatmu seperti ini.. dia akan bahagia melihatmu bahagia, jadi jangan buat dia sedih ne?” kata eomma Chanyeol.
“ne, ahjuma..” kata Jiyoung.
“gwenchana.. jangan menangis lagi, besok kau sekolah ne? istirahatlah, aku akan menemanimu sampai kau tertidur..” kata eomma Chanyeol.
            Jiyoung pun berbaring dan eomma Chanyeol pun mengelus rambut Jiyoung. Terdengar suara eomma Chanyeol menyanyikan sebuah lullaby.
            Jiyoung merasa miris. Dia tahu betul bagaimana eomma Chanyeol juga merasa sangat kehilangan. Dia harus tegar di hadapan eomma Chanyeol.
“tidurlah yang nyenyak dan lanjutkan harimu dengan senyuman.. seperti Jiyoung yang kemarin-kemarin, ceria dan tidak pernah terlihat menitikkan air mata di saat sakitpun..” bisik eomma Chanyeol.
            Jiyoung hanya terdiam. Perlahan Jiyoung mulai memejamkan matanya.
“hanya dari sinar matamu saat senyum aku bisa melihat Chanyeol kembali, selamat tidur chagiya..” bisik eomma Chanyeol saat Jiyoung sudah mulai terlelap.
            Matahari pagi memasuki kamar Jiyoung melalui celah tirai jendela kamar. Perlahan Jiyoung membuka matanya. Tiba-tiba teringat Chanyeol yang biasa mengucapkan selamat pagi melalui telepon. Jiyoung hanya tersenyum lirih.
“Jiyoung..apa kau sudah bangun??” teriak eomma sambil mengetuk pintu.
“ne eomma..” sahut Jiyoung sambil membuka pintu kamarnya.
“gwenchanayo?” Tanya eomma.
“gwenchana eomma..” kata Jiyoung sambil memaksakan dirinya tersenyum.
“kalau kau belum merasa baik kau boleh istirahat di rumah dulu chagiya..” kata eomma.
“ani.. aku tidak apa-apa eomma, aku akan sekolah seperti biasa..” kata Jiyoung.
“baiklah kalau begitu.. bersiap-siap dan segeralah sarapan, ne?” kata eomma.
“ne eomma..” kata Jiyoung.
            Setelah bersiap-siap, Jiyoung segera turun dan sarapan bersama.
“Jiyoung-ah.. mau kuantar?” Tanya Donghae.
“untuk apa? Aku sudah biasa berjalan, bukankah kau sibuk?” Tanya Jiyoung.
“hya! aku sedang libur tau.. aku libur selama kurang lebih 2 minggu setelah melakukan promosi besar-besaran kemarin, katakan saja kau ingin pergi berlibur kemana, aku akan membawamu ke sana” kata Donghae.
“jjinja? Tumben sekali kau baik haha” kata Jiyoung.
“hya! aku ini memang selalu baik.. kau saja yang tidak menyadarinya” kata Donghae.
“aissh sudahlah.. aku bisa terlambat kalau mendengarkanmu terus, aku berangkat sekarang” kata Jiyoung.
“eomma aku akan berangkat sekarang” kata Jiyoung.
“ne, hati-hati di jalan..” kata eomma.
“ne, eomma..” kata Jiyoung.
            Jiyoung pun mulai berjalan menuju sekolahnya. Jiyoung pun menarik nafas dalam-dalam kemudian memulai berjalan dan mencoba untuk tidak terlihat sedih.
“Jiyoung-ah..” panggil seorang namja.
“oh.. sehun-ah..” sahut Jiyoung.
“kajja kita berangkat bersama..” ajak Sehun.
“kajja.. haha sudah lama ya kita tidak berjalan bersama ke sekolah” kata Jiyoung.
“ne..” kata Sehun sambil menatap Jiyoung dengan heran.
“wae? Kenapa menatapku seperti itu..” Tanya Jiyoung.
“kau tidak apa-apa?? Apa kau sudah merasa baik? Semalam kulihat eomma chanyeol dirumahmu” kata Sehun.
“aku sudah tidak apa-apa.. tidak baik bersedih terlalau lama, ne, semalam eomma Chanyeol ke rumahku.. kami mengobrol..” kata Jiyoung.
“baguslah.. kuharap kau tidak sedih lagi.. kau tahu? Kau sungguh jelek saat bersedih..” kata Sehun.
“mwoya? Enak saja” protes Jiyoung.
            Mereka berdua pun tertawa bersama. Jiyoung dan Sehun adalah teman sejak mereka masih kecil. Selain karena rumah mereka yang berdekatan, mereka juga selalu berada di sekolah yang sama.
            Mereka baru saja sampai di kelas. Soojung dan Jinri langsung berlari mendatangi Jiyoung.
“Jiyoung-ah.. gwenchanayo??” Tanya Soojung.
“gwenchana..” kata Jiyoung sambil tersenyum.
“matamu.. kau menangis semalaman kan? Mianhae kami tidak bisa menemanimu kemarin, kami juga merasa sangat sedih.. kami takut kau malah tidak bisa berhenti menangis karena kami..” kata Jinri.
“gwenchana....” kata Jiyoung.
“baguslah kalau kau sudah tidak apa-apa.. kami mengkhawatirkanmu” kata Soojung.
“gomawo..” kata Jiyoung sambil tersenyum.
            Jam istirahat pun tiba. Mereka bertiga pergi ke kantin. Saat melihat ice cream, tiba-tiba Jiyoung merasa sesak. Kejadian itu membuatnya membenci ice cream.
“ah.. kau mau pesan apa Jiyoung?” Tanya Jinri.
“mwo? ah.. tidak usah, aku ingin ke toilet..” kata Jiyoung sambil berjalan keluar kantin.
“hya! Jiyoung-ah..” panggil Jinri sambil berusaha menyusul Jiyoung.
“hya! biarkan.. kurasa dia ingin sendiri..” kata Soojung sambil mencegah Jinri.
            Jinri hanya mengangguk.
            Jiyoung berjalan menuju taman belakang. Tempatnya biasa bertemu dengan Chanyeol sepulang sekolah.
“chanyeol-ah.. entahlah.. aku sudah berusaha tersenyum hari ini.. tapi..” gumam Jiyoung.
            Jiyoung mulai menangis sekencang-kencangnya.
“hya!!! siapa itu? berisik sekaliiii heuuh!!” teriak seorang namja.
            Jiyoung pun segera diam dan mengusap air matanya. Jiyoung pun berdiri dan melihat ke arah belakangnya dan mendapati seorang namja keluar dari rumah-rumahan kecil yang berada di taman belakang sekolah. Wajahnya terlihat seperti orang yang baru saja bangun tidur. Dia keluar dan berdiri sambil meregangkan tubuhnya.
“hya! kenapa kau menangis dengan kencang seperti tadi? Kau mengganggu tidur siangku, babo!” kata namja dengan pawakan tinggi itu.
            Jiyoung hanya diam. menahan tangisnya yang akan pecah.
“kenapa diam saja.. hya! apa kau tidak punya mulut untuk bicara??” Tanya namja itu.
            Bibir Jiyoung mulai bergetar. Tangis Jiyoung kembali pecah. Namja itu pun semakin bingung.
“hya! kenapa kau malah menangis?? Hya! bagaimana ini?? Apa kau mau kubelikan ice cream supaya diam??” Tanya namja itu.
            Mendengar kata ice cream, tangis Jiyoung semakin kencang.
“hya! aigoo.. bagaimana ini.. aissh, diamlah.. jangan menangis lagi, hya!” kata namja itu sambil menggaruk kepalanya.
            Namja itu pun melihat ke sekelilingnya dan melihat sebuah daun yang jatuh dari pohon. Dipungutnya daun itu dan diberikan pada jiyoung.
“ini.. sudah jangan menangis lagi..” kata namja itu sambil memberikan daun itu pada Jiyoung.
            Jiyoung hanya diam. lalu menerima daun itu.
“kau sudah tidak menangis?? Syukurlah..” kata namja itu sambil duduk di bangku.
            Jiyoung pun duduk sambil memandangi daun itu.
“kenapa kau berikan daun ini?” Tanya Jiyoung.
“kenapa? Haha karena daun itu jatuh dengan bebas di udara.. aku selalu senang melihat daun berguguran, makanya kuberikan daun itu supaya kau bisa senang kembali..” kata namja itu.
‘namja aneh..’ batin Jiyoung.
“lalu..kenapa kau menangis??” Tanya namja itu.
            Jiyoung hanya terdiam sambil memandangi daun yang berada di tangannya.
“kau tidak mau cerita ya..tidak papa” kata namja itu.
            Jiyoung hanya diam. tiba-tiba bel masuk berbunyi.
“sudah masuk.. aku ke kelas dulu..” kata Jiyoung.
“ah..ne” kata namja itu.
            Jiyoung pun berjalan meninggalkan namja yang masih duduk di bangku taman itu.
“aihh.. aku lupa tidak menanyakan namanya..” gerutu namja itu.
            Keesokan harinya, namja itu sedang menikmati ddukbokki di salah satu bangku kantin.Tanpa sengaja, namja itu mendengar beberapa yeoja yang sedang mengobrol tidak jauh darinya.
“eh itu Lee Jiyoung bukan??” Tanya salah satu yeoja sambil melihat Jiyoung yang sedang berjalan memasuki kantin.
“cih dasar tukang gosip” batin namja itu.
            Namja itu pun mengikuti pandangan yeoja yang sedang mengobrol itu. merasa sekumpulan yeoja itu membicarakan orang yang baru saja ditemuinya kemarin, namja itu pun mencoba mendengarkan pembicaraan sekumpulan yeoja itu.
“ya.. itu lee Jiyoung.. dia benar-benar kasihan, lihat saja wajahnya kusut begitu..”
“hya! jangan seperti itu.. kalau aku mengalami hal yang sama sepertinya, mungkin aku tidak akan mau masuk sekolah untuk beberapa hari dan terus mengurung diri di kamar untuk menangis..” kata yeoja yang agak gendut.
“aih aku tidak bisa membayangkan jika aku ditinggal mati oleh pacarku sendiri, aku sangat senang melihat mereka berdua pacaran.. tapi, benar-benar tidak bisa disangka, umur manusia tidak dapat ditebak..” kata yeoja satunya.
“ya.. Lee Jiyoung dan Park Chanyeol kan memang sangat cocok, park Chanyeol namja tinggi dengan wajah imut, dan Jiyoung.. meskipun dia tidak terlalu tinggi, dia itu cantik dan selalu ceria.. aku baru kali ini melihat dia bersedih seperti sekarang.. terlebih, dia adalah yeoja yang sangat baik, tidak sombong” kata yeoja yang lainnya.
“ya,, kau benar sekali. Sudahlah kenapa kita membicarakan orang..” kata salah satu yeoja itu, mengakhiri pembicaraan.
            Mendengar pembicaraan sekumpulan yeoja itu, membuat namja itu melihat lirih kea rah Jiyoung.
“jadi.. seperti itu.. pantas saja kemarin dia menangis seperti itu” gumam namja itu.
            Setelah membeli kentang dan buble tea, Jiyoung langsung keluar kantin. Jiyoung berjalan menuju lantai atas dan berhenti di koridor untuk melihat kea rah luar jendela. Perlahan Jiyoung tersenyum.
“hya! apa kau gila.. kemarin kau menangis sendiri, sekarang kau tersenyum sendiri..” kata namja itu.
            Jiyoung pun menoleh kea rah namja itu.
“kau lagi? Kenapa kau ada dimana-mana?” Tanya Jiyoung.
“ah? Kebetulan saja..” kata namja itu, “oh ya, kita belum sempat berkenalan.. aku Kris.. siapa namamu?” Tanya namja itu sambil mengajak Jiyoung bersalaman.
“aku Lee Jiyoung..” kata Jiyoung sambil tersenyum dan menyambut salaman dari Kris.
“kau lihat apa?? Ah.. bunga cherry dari taman di sana, yeoppo..” kata Kris.
“tentu saja.. kami menyukainya” kata Jiyoung.
            Kris langsung mengetahui siapa yang dimaksud kami oleh Jiyoung.
“ngomong-ngomong.. terimakasih untuk kemarin” kata Jiyoung.
“oh.. daun itu? haha ne cheonma..” kata Kris.
“hya! apa namamu benar-benar Kris? Kau bukan orang korea ya?” Tanya Jiyoung.
“ya, aku orang china dan aku tumbuh di Kanada.. namaku wu yi fan, tapi itu benar-benar tidak keren, jadi aku membuat nama Kris” kata namja itu.
            Jiyoung pun tertawa. Seketika Kris terdiam melihat Jiyoung tertawa. Dia sungguh cantik.
“hya! kenapa tertawa?” Tanya Kris.
“kau benar-benar namja aneh.. kau suka dengan daun gugur.. bahkan kau bilang namamu sendiri tidak keren? Dasar namja aneh” kata Jiyoung.
            Tiba-tiba ponsel Jiyoung berbunyi.
“ah.. tunggu sebentar” kata Jiyoung.
“yeoboseyo?” kata Jiyoung.
“mwo? ada apa? apa harus sekarang?” Tanya Jiyoung.
“ah baiklahh” kata Jiyoung sambil memasukkan ponselnya ke sakunya.
“ada apa?” Tanya kris.
“aku harus kembali ke kelas.. entahlah sepertinya ada masalah di kelas” kata Jiyoung.
“oh begitu? Baiklah” kata Kris.
“sampai jumpa kris” kata Jiyoung.
            Jiyoung pun membuka pintu kelasnya dan mendapati semua siswa di kelasnya melihatnya dengan sinis.
“Jiyoung-ah.. berdirilah di depan, kami ingin bicara denganmu” kata Jinri.
            Jiyoung melihat Soojung. Dan Soojung langsung terlihat malas melihat Jiyoung.
“baiklah..” kata Jiyoung lalu berdiri di depan kelas.
“Jiyoung-ah..” kata Baekhyun dari pojok kelas.
“ne?” Tanya Jiyoung.
“kami membencimu” kata Baekhyun.
“wae?” Tanya Jiyoung.
“berhentilah terlihat sedih seperti itu.. bersenang-senanglah karena hari ini hari ulang tahunmu ne??” teriak Sehun dengan wajah marah yang dibuat-buat.
“mwo? haha.. ne ne.. aku tidak akan sedih lagi.. gomawo chingudeul” kata Jiyoung.
“hana.. dul..set.. saengil chukae hamnida.. saengil chukae hamnida.. saranghanda Lee Jiyoung.. saengil chukae hamnida..”  seisi kelas pun bernanyi untuk Jiyoung.
“Jiyoungieee….” Teriak Jinri dan Soojung lalu memeluk Jiyoung.
“mulai saat ini, kau harus selalu bahagia ne?? kami semua sangat mencintaimu.. harusnya kau tahu hal itu..” kata Jinri.
“ya.. kau tidak perlu takut kehilangan siapapun.. karena kami akan selalu bersamamu” kata baekhyun.
“ya, dan kami tidak ingin melihatmu bersedih kembali, jika kau bersedih kami juga akan bersedih jadi jangan sedih lagi, kau ingat? Kau itu mood maker kelas kita..” kata Sehun.
“ne.. mulai saat ini aku berjanji tidak akan sedih lagi” kata jiyoung.
“itu baru Jiyoung yang kami kenal..” kata Soojung.
            Jiyoung pun tersenyum lebar. Jiyoung baru saja menyadari betapa teman-temannya sangat menyayanginya dan tidak ingin melihatnya sedih.
            Hari sudah sore. Jiyoung berjalan menuju rumahnya bersama Sehun.
“bagaimana hari ini? Apa kau senang?” Tanya Sehun.
“tentu saja..” kata Jiyoung.
“kau sudah tahu kan bagaimana teman-teman menyayangimu? Haha makanya janga sedih lagi” kata Sehun.
“ne, tentu saja..” kata jiyoung.
“hya! aku ingin ddukbokki.. bukankah kau ulang tahun hari ini?? Kajja traktir aku!” kata Sehun sambil menarik tangan Jiyoung menuju kedai ddukbokki yang mereka lewati.
“hya!! aissh harusnya kau yang mentraktirku.. tapi karena aku sedang baik hati, baiklah.. kali ini aku yang traktir” kata Jiyoung.
            Setelah membeli ddukbokki, mereka berdua kembali berjalan. Sepanjang perjalanan, mereka terus bercanda. Saat melewati kedai Ice Cream, langkah Jiyoung terhenti. Jiyoung terpaku melihat seorang namja yang membelikan ice cream untuk yeojanya. Hampir saja bulir air matanya jatuh membasahi pipinya.
“hya! gwenchanayo?” Tanya Sehun sambil mengikuti arah Jiyoung memandang.
“kau mau ice cream? tidak perlu menangis seperti itu, akan kubelikan” kata Sehun.
“tidak perlu..” kata Jiyoung.
            Tiba-tiba air matanya mengalir membasahi pipinya.
“aku benci ice cream” kata Jiyoung sambil mengusap air matanya dan kembali berjalan.
“Jiyoung-ah.. wae? Kukira kau sangat menyukai ice cream..” kata Sehun.
“tidak setelah kejadian hari itu” kata Jiyoung tanpa memandang Sehun sedikitpun.
“mwo? mana bisa kau menyalahkan ice cream.. ini adalah takdir Jiyoung..” kata Sehun.
“takdir bisa diubah Sehun, jika saja bukan karena ice cream bodoh itu.. aku benci ice cream” kata Jiyoung.
“takdir memang bisa diubah.. tapi tidak dengan kematian Jiyoung!” kata Sehun.
            Jiyoung hanya terdiam. Hanya air matanya yang mampu keluar dengan lancar. Dia hanya bisa menunduk, menutupi wajahnya yang penuh air mata.
“sudah jangan menangis seperti anak kecil, kau ingat? Chanyeol akan selalu senang saat melihatmu tersenyum” kata Sehun sambil memberikan sapu tangan.
            Jiyoung pun segera mengusap air matanya dan mencoba senyum kembali.
“gomawo..” kata Jiyoung sambil mencoba tersenyum.
“nah inilah Jiyoung yang kukenal.. kajja kita pulang” kata Sehun sambil merangkul pundak Jiyoung.
            Jiyoung hanya tersenyum. tanpa mereka sadari, sepasang mata mengawasi gerak-gerik mereka.
            Keesokan paginya, Jiyoung baru saja turun dari kamarnya untuk sarapan.
“kau tidak ingin pergi berolahraga? Hari ini cerah sekali” kata Donghae.
“mwo? aku ingin malas-malasan di rumah saja” kata Jiyoung sambil mengoleskan selai di roti tawarnya.
“hmm dasar pemalas.. lihat badanmu itu, kau begitu kurus dan kusut.. kau benar-benar perlu refreshing Jiyoungie..” kata Donghae.
“hmm kusut dan kurus?? Jjinja?” Tanya Jiyoung.
“ne.. kau perlu berolahraga dan pergi ke salon.. kau perlu merubah gayamu supaya terlihat lebih segar..” kata Donghae.
“begitu ne? hmm baiklah aku akan olahraga setelah ini” kata Jiyoung.
“baiklah.. ikut kami saja, aku dan Sehun akan bermain basket di taman komplek..” kata Donghae.
“jjinja? Eum.. baiklah aku akan ikut” kata Jiyoung.
            Beberapa saat kemudian, Jiyoung sudah siap.
“oppa.. nanti kau dan sehun ke lapangan basket dulu saja, aku ingin bersepeda dulu” kata Jiyoung.
“Eum baiklah..” kata Donghae.
“baiklah kalau begitu, sampai jumpa..” kata Jiyoung.
            Jiyoung pun mendorong sepedanya menuju pagar, tiba-tiba matanya tertuju pada sebuah kotak berwarna merah yang berada di bawah kotak pos rumahnya.
“mwoya?” Tanya Jiyoung sambil memarkir sepedanya dan berjalan ke arah kotak itu.
            Dilihatnya kotak tersebut, terdapat memo yang ditempelkan di kotak tersebut. Bertuliskan.
“Saengil chuka hamnida, Lee Jiyoung”
“dari siapa? Ah mungkin Jinri atau Soojung haha dasar mereka berdua” kata Jiyoung.
            Jiyoung pun kembali dan duduk di kursi teras rumahnya.
“mwo?? aissh lucu sekali..” katanya sambil mengangkat teddy bear berwarna merah jambu yang meggenggam setangkai mawar merah.
“mmm siapakah pengirimmu?? Mari kita lihat” kata Jiyoung sambil mencari memo di dalam kotak tersebut.
“tidak ada.. em tapi.. inisial W di gantungan bunga ini.. W?? nugu?? Hmm entahlah..” kata jiyoung sambil mengembalikan benda itu ke kotaknya, menaruhnya di dalam rumah lalu dia kembali keluar untuk bersepeda.
            Jiyoung pun bersepeda mengelilingi komplek perumahannya. Saat sedang asyik bersepeda dengan santai, tiba-tiba saja seorang namja yang juga bersepeda berada di sampingnya.
“hya! Lee Jiyoung..” panggil namja itu.
“oh.. Kris?? Kau?? Kenapa bisa di sini?” Tanya Jiyoung.
“hya! bukankah terbalik? Kenapa kau berada di sini?” Tanya kris.
“hya! rumahku dkomplek ini.. kalau kau?” Tanya Jiyoung.
“sama.. jadi ternyata rumah kita berdekatan?” Tanya kris.
“haha ini sangat lucu.. lalu kau mau kemana?” Tanya Jiyoung.
“aku hanya bersepeda keliling saja.. hitung-hitung olahraga, kalau kau?” Tanya Kris.
“aku juga, tapi setelah ini aku akan pergi ke lapangan basket untuk menemui oppa dan Sehun” kata Jiyoung, “kau mau ikut?” ajak Jiyoung.
“bolehkah?” kata Kris.
“tentu saja.. aku kan mengajakmu” kata Jiyoung.
“ah baiklah kalau begitu” kata kris.
            mereka pun menghentikan sepedanya di pinggir lapangan.
“oppa… sehun..” panggil Jiyoung.
            Donghae pun menoleh sambil melambaikan tangan. Sehun yang tadinya akan menembakkan bola ke ring pun membatalkan niatnya dan melambaikan tangannya pada Jiyoung.
“hya! tadi aku bertemu temanku saat bersepeda.. jadi kuajak dia kemari juga” kata Jyoung.
“oh dia temanmu? Kenalkan, aku Donghae.. oppa-nya Jiyoung” kata Donghae sambil mengulurkan tangannya.
“annyeong haseyo, aku Kris” kata Kris sambil menyambut tangan Donghae.
“hya! kau kan siswa di sekolah kami juga.. tapi kita tidak saling kenal, kenalkan aku Sehun” kata Sehun sambil mengulurkan tangannya.
“ne, kita memang satu sekolah.. aku Kris” kata Kris sambil menyambut tangan Sehun.
“hya! lebih baik sekarang kita mulai bermain.. karena Jiyoung payah, aku tidak akan membiarkan dia membebani kalian.. biar dia satu kelompok denganku saja” kata Donghae.
“oppa.. kau ini” kata Jiyoung sambil memukul lengan Donghae, di susul tawa semua orang.
“baiklah.. kalau begitu aku dengan kris” kata Sehun.
            Mereka pun bermain. Setelah beberapa saat kemudian, mereke berempat duduk di pinggir lapangan sambil mengobrol bersama.
“Kris.. apa namamu benar-benar kris?? Kau tidak seperti orang Korea” kata Donghae.
“oh aku memang bukan orang Korea, aku orang China dan besar di Kanada..” kata kris.
“huwwooooo” kata Donghae dan Sehun bersamaan. Membuat mereka semua tertawa.
“waah lalu nama aslimu memang kris?” Tanya Sehun.
“bukan, ini hanya nama keren saja.. kkkk nama asliku kan Wu Yi Fan..” kata kris.
“huwooooo” kata Donghae dan Sehun bersamaan.
“hya! kalian berdua merencanakannya ya? kkkkk kenapa bisa bersamaan seperti itu??” kata Jiyoung.
“lalu kenapa Kris?? Kenapa tidak Kevin.. atau Brad Pitt.. atau beckham…” kata Donghae.
kkkk ani.. kris keren menurutku hyung.. hahahaha” kata kris.
“dasar.. kau ini memang aneh..” kata Donghae.
“itu nama tengahku Hyung” kata Kris, disusul tawa semua orang.
“haha sudahlah, aku tidak bisa berhenti tertawa karena kau kris... dasar aneh” kata Jiyoung.
            Semua orang pun terdiam melihat Jiyoung tertawa.
“wae... kenapa semuanya diam?” tanya Jiyoung.
“akhirnya kau tertawa lagi ne?!!” teriak Donghae sambil merangkul leher adiknya itu.
“akk oppa .. yaaaa jangan mencekikku akkk” protes Jiyoung yang disambut tawa semua orang.
“hyaa ini baru adikku” kata Donghae sambil mengacak kasar rambut Jiyoung.
“aissh aku ini yeoja.. kenapa kau memperlakukan aku seperti adik laki-laki huh? Apa perlu kupanggil kau hyung?!” teriak Jiyoung disela tawa mereka berempat.
“geurae.. cocok sekali, panggil aku hyung..” kata Donghae.
“eoh.. tapi hyung, kenapa kau mirip sekali dengan member super junior..” kata Kris membuat semua orang hening.
“eoh jjinja? nugu?” tanya Donghae.
“ne.. bukankah namamu Donghae hyung ? Member super junior itu bernama Donghae juga” kata Kris.
“kau tahu? Donghae super junior itu berada di hadapanmu sekarang” bisik Sehun pada Kris.
            Seketika Kris membelalakkan matanya.
“jjinja?! aisshh kau Donghae super junior itu?!” tanya Kris.
“ne.. apa kau baru menyadarinya?” tanya Donghe.
“ne, sungguh aku tidak pernah menyangka akan memiliki tetangga seorang artis hahahahaha” kata Kris begitu senang.
“hyaa jangan norak seperti itu, kau membuatnya besar kepala” kata Jiyoung.
“aissh hyaa sudahlah, aku lapar” kata Sehun.
“kajja.. aku akan mentraktir kalian makan ramyun” ajak Donghae.
“jjinja hyung?” tanya Kris.
“tentu saja” kata Dongahe.
“aissh aku akan bilang pada teman-temanku kalau aku di traktir oleh Donghae Super Junior” kata Kris.
“aissh menjijikkan sekali kau ini” kata Jiyoung.
            Semua orang pun tertawa.
            Pagi telah tiba, seperti biasa Jiyoung pun bersiap menuju sekolah.
“eomma.. appa.. aku berangkat” pamit Jiyoung.
“ne, berhati-hatilah di jalan” teriak appa.
“Donghae tidak mengantarmu?” tanya eomma.
“aku bisa terlambat kalau menunggunya, sampai jumpa” pamit Jiyoung.
            Jiyoung pun melihat sepedanya yang tergeletak di halaman.
“mwoya.. lebih baik aku berangkat dengan sepeda” kata Jiyoung lalu berlari ke arah sepedanya.
            Setelah sampai di sekolahnya, Jiyoung pun bertemu dengan teman sekelasnya yang juga sedang memarkirkan sepedanya.
“hya woobinah” sapa Jiyoung.
“eoh.. Jiyoung, sejak kapan kau gunakan sepeda untuk berangkat?” tanya woobin.
“baru hari ini, sepertinya mulai sekarang aku akan berangkat dengan sepeda” kata Jiyoung.
“baguslah, itu baik untuk membentuk otot” kata woobin sambil mengepalkan tangannya.
“hyaa itu kau saja aku sih tidak perlu otot, eoh woobinah kajja kita ke kelas” ajak Jiyoung.
“kajja..” sahut woobin.
“tunggu.. woobin? W?” gumam Jiyoung.
“mworago?” tanya woobin.
“ah ani..” kata Jiyoung.
“kurasa aku mendengar kau berbicara” kata woobin dengan ekspresi bodohnya.
“hya apa kau mengirim hadiah di rumahku dengan inisial W?” tanya Jiyoung.
“mwo? Aniya.. aku bahkan kehabisan uang untuk membeli komik, lagipula untuk apa aku memberimu hadiah?” tanya woobin.
“aissh kau ini... lalu siapa?” tanya Jiyoung.
“molla.. kenapa kau tanya aku?” tanya woobin.
“aish aku kan penasaran” kata Jiyoung.
“daripada kau penasaran tentang itu lebih baik kau penasaran dengan nilai rapormu, hahaha kau selalu berada di bawahku selama ini” kata woobin.
“apa bedanya? Aku berada di peringkat terakhir dan kau di atasnya.. kita sama-sama bodoh di kelas, dasar” kata Jiyoung sambil memukul lengan woobin.
“aisssh appo.. yang penting kau dibawahku” kata woobin.
“terserah saja” kata Jiyoung lalu berjalan mendahului woobin.
“hyaaa tunggu” teriak woobin.
            Mereka berdua pun memasuki kelas.
“eoh Jiyoungaa kemana saja kau? Apa kau sudah lihat urutan peringkat di mading?” tanya Jinri.
“nan molla, aku malas melihatnya.. sudah pasti aku berada di peringkat akhir, aih jjinja apa mereka harus memajangnya disana?” gumam Jiyoung.
“hyaa apa kau tidak ada rasa penasaran sedikit pun?” tanya soojung yang berada di belakang mereka.
“ani” jawab Jiyoung singkat.
“aissh anak ini, soojungah kajja kita lihat” ajak jinri.
“kajja, kau tidak ikut?” tanya soojung.
“aniyaa aish sudah kubilang berapa kali” kata Jiyoung.
“baiklaah” kata Jinri dan soojung bersamaan lalu lenyap dibalik pintu kelas.
            Jiyoung pun mengambil earphone dan menyalakan ipod-nya. Tanpa menghiraukan siapa pun Jiyoung berjalan menuju taman belakang. Setelah duduk dan menghirup udara segar di sana, Jiyoung pun memejamkan matanya sambil tersenyum lebar.
“chanyeolaah entah kenapa aku bisa merasakan kehadiranmu di sini” kata Jiyoung sambil memejamkan matanya.
            Jiyoung pun menghirup udara dalam-dalam dan menghembuskannya. Tanpa disadarinya seseorang mendengarnya.
“mwo.. michyeoseo?” gumam namja itu sambil menahan tawa.
            Namja itu pun keluar dari rumah-rumahan kecil itu.
“hari ini pengumuman nilai rapor dan urutan peringkat di kelas, aku malas melihatnya.. kau tahu kan aku selalu berada di peringkat bawah? Haha kau pasti akan menertwakanku seperti biasa, tentu saja... kau kan selalu berada di peringkat pertama... haha kau harusnya mengajariku, kenapa sekarang kau sudah pergi saja?? Hmm bukankah kau berjanji akan membuatku menjadi siswi yang pintar? Dasar tukang bohong” kata Jiyoung masih sambil memejamkan matanya dan berusaha tersenyum lebar, namun air matanya mengalir begitu saja saat mengatakan semua itu.
            Tanpa disadarinya, namja itu memperhatikan dan mendengar semua perkataan Jiyoung. Miris. Itulah yang ada di pikiran namja itu. Namja itu pun tersenyum getir mendengar semua perkataan Jiyoung.
“michyeoseo?” tanya namja itu yang sontak membuat Jiyoung terkejut.
            Jiyoung pun membelalakkan matanya dan segera mengusap air matanya.
“k..kris?” tanya Jiyoung, “sejak kapan kau di sana?” tanya Jiyoung.
“sejak aku mendengarmu mengoceh sendiri sambil memejamkan mata..” kata Kris santai sambil duduk di samping Jiyoung, “apa yang kau lakukan? Kau seperti orang gila” kata Kris.
“mungkin bagimu aku sudah gila, tapi dengan cara seperti itu aku masih bisa melihat wajahnya dan mendengar suaranya” kata Jiyoung.
“mwo? Tapi telingamu ..” kata Kris sambil menunjuk earphone yang menempel di telinga Jiyoung.
            Jiyoung pun menunjukkan kabel earphone-nya yang tidak tertancap pada ipod-nya.
“kau paham? Aku menutup mataku untuk membayangkan wajahnya dan  menutup telingaku untuk dapat mendengar suaranya” kata Jiyoung sambil tersenyum.
            Kris pun terdiam. Dia melihat cerminan dirinya sendiri dalam diri gadis itu. Mereka berdua sama. Sama-sama ditinggalkan oleh orang yang dicintainya. Itulah sebabnya dia pindah dari Kanada ke Korea. Semua dilakukannya untuk melupakan gadis yang dicintainya.
#flashback
“apa baik-baik saja kalau kau pulang sendiri? Aku masih harus membantu pak guru menyalin nilai-nilai” kata Kris pada yeoja itu.
“tentu saja tidak papa, dasar bodoh.. memangnya aku anak kecil?” kata yeoja itu.
“aku mengerti..  tapi apa kau sakit? Kau terlihat pucat” kata Kris.
“tidak, kau ini terlalu berlebihan.. sudahlah aku pulang dulu” kata yeoja itu sambil berjalan meninggalkan Kris.
            Kris pun memandang yeoja itu sampai menghilang dari pandangannya tanpa memiliki firasat apapun.
            Yeoja itu pun berjalan dan menemui seorang namja.
“apa kau sudah memberitahu ini semua pada Kris?” tanya namja itu.
“tidak perlu, dia akan mengetahuinya besok setelah aku pergi...” kata yeoja itu.
“jangan berkata seperti itu, kau pasti akan sembuh jessica!” bentak namja itu.
“kau bercanda henry! Ini adalah leukimia stadium akhir.. aku bahkan bisa mati kapan pun, dan besok adalah sebulan sejak dokter memvonis hidupku hanya akan bertahan selama sebulan haha aku ingin menikmati hari terakhirku ini” kata yeoja itu.
            Henry pun terdiam.
“berjanjilah jangan memberitahunya, kau sahabat terbaikku Henry” kata yeoja itu.
            Namja bernama henry itu hanya menghela nafas.
“baiklah jika itu maumu” kata Henry pasrah.
“itu baru sahabatku, ayo kita pulang.. eoh atau kita jalan-jalan??” ajak jessica.
“hya bukankah lebih baik kau istirahat saja??” kata Henry.
“ayolaah bukankah aku sudah bilang aku bisa saja mati kapanpun?? Aku ingin menikmati waktu terakhirku” kata Jessica.
“baiklah kau mau pergi kemana?” tanya Henry.
“ikuti aku saja” kata yeoja itu sambil tersenyum.
            Henry hanya menghela nafas mendengarnya.
            Namja itu pun mengikutinya. Jessica terus berjalan dan berhenti tepat di depan sebuah gereja. Henry hanya menatap punggung yeoja yang sedang berjalan di depannya itu dengan tatapan iba. Apa ini yang disebutnya bersenang-senang? Itulah pertanyaan yang muncul dalam benak Henry. Saat berjalan, yeoja itu tiba-tiba berhenti sambil memegangi kepalanya.
“apa kau baik-baik saja?! Jessica! Jessica!!” teriak Henry pada yeoja yang sudah tak sadarkan diri itu.
            Henry pun menggendong tubuh yeoja itu dan memanggil taxi yang sedang lewat. Henry pun segera menelpon Kris dan memberitahu semuanya.
            Kris pun mengayuh sepedanya dengan cepat. Perasaan buruk sedang menyelimuti hatinya. Tak dipedulikan sekitarnya, begitu sampai dia pun menggeletakkan sepedanya dengan asal dan segera berlari ke arah UGD. Dilihatnya beberapa orang dengan seragam berwarna biru muda sedang mendorong sebuah ranjang yang diatasnya terdapat yeoja yang sangat dikenalnya. Terlihat Henry yang berdiri mematung sambil melihat pemandangan di depannya itu.
“apa yang terjadi dengannya?!! Kenapa kau tidak memberitahuku hah?!!” teriak Kris sambil mencengkeram kerah baju lawan bicaranya.
            Orang yang diajaknya bicara hanya terdiam sambil menahan air matanya. Kris pun melepaskan cengkeramannya. Tubuhnya melemas, perlahan terduduk dan menyandarkan punggungnya di tembok lorong rumah sakit tersebut.
“bukan hanya kau saja, asal kau tahu kami juga mencintainya.. dia sahabat terbaik kami” kata namja yang tengah mengusap air matanya.
            Kris hanya terdiam. Air matanya bercucuran.
“sudah lama dia menyembunyikan penyakitnya.. sudah berkali-kali aku menyuruhnya untuk memberitahumu namun gadis itu tetap saja keras kepala..” kata Henry.
            Kris hanya terisak.
            Sebulan telah berlalu, Kris tetap tak dapat melupakan gadisnya itu. Setiap hari dia hanya bisa memandangi foto gadis itu sambil sesekali menangis. Orang tuanya pun memutuskan untuk pindah ke Korea, selain untuk melakukan tugas perusahaan namun juga untuk kebaikan Kris supaya dapat memulai kehidupan baru di Korea.
#flashbackend
“hya.. kenapa kau melamun?” tanya Jiyoung sambil mengguncang pundak namja itu.
“eoh..jjinja?” tanya kris.
“aissh lebih baik ke kelas, bel sudah berbunyi” kata Jiyoung.
“benarkah? Kajja” jawab kris.
            Mereka berdua pun berjalan melewati kerumunan yang sedang buru-buru berhambur ke kelas karena bel telah berbunyi.
“Jiyoungaa kau darimana ?” tanya Jinri yang melihatnya bersama Kris.
“aku baru saja dari taman belakang” kata Jiyoung.
“eoh.. nuguya?” tanya soojung yang melihat Kris.
“eoh ini Kris.. kenalkan, ini soojung dan jinri” kata Jiyoung.
“ternyata cepat sekali kau melupakan chanyeol” kata jinri dengan ekspresi polosnya.
            Jiyoung pun menjitak kepala Jinri.
“aissh jjinja.. jaga ucapanmu” kata Jiyoung sambil pergi meninggalkan mereka.
“aissh kau ini.. kenapa kau bodoh sekali” kata soojung sambil menjitak kepala jinri.
“aish aku kan tidak tahu” keluh Jinri.
“lagipula kau ini sembarangan bicara saja, eoh Kris kami pergi dulu” pamit soojung.
“ne ne” kata Kris.
            Mereka berdua pun berlari menyusul Jiyoung.
“Jiyounga mianhae..” kata Jinri pada Jiyoung.
“lain kali jangan sembarang bicara, apalagi mengenai aku dan chanyeol” kata Jiyoung.
“ne.. ne.. mian” kata Jinri, “aku akan mentraktirmu ice cream sepulang sekolah” kata Jinri.
            Soojung yang mendengarnya pun menepuk  dahinya.
“aku tidak suka ice cream” kata Jiyoung ketus.
“eoh aku lupa.. bubble tea.. ottae?” tanya Jinri.
            Jiyoung hanya terdiam, lalu berjalan keluar kelas.
“Jiyoungaa kau mau kemana??” terik Jinri.
“kau ini kenapa bodoh sekali? Kau tahu kan dia membenci ice cream?” tanya soojung.
“aissh aku benar-benar lupa”  kata Jinri sambil menepuk dahinya.
“aissh jjinja..” gumam soojung melihat tingkah temannya yang bodoh itu.
            Jam istirahat pun berbunyi namun Jiyoung tidak juga kembali.
“menurutmu di mana Jiyoung? Dia tidak mengikuti pelajaran karenaku..” kata Jinri.
“entahlah.. makanya jaga mulutmu itu, kau tahu dia masih sensitif dengan semua tentang chanyeol dan ice cream” kata soojung.
            Jinri hanya terdiam.
“kajja kita cari dia” ajak soojung.
“kajja” ajak Jinri.
            Jinri dan soojung sudah mengelilingi sekolah namun tidak melihat Jiyoung di mana-mana.
“huaah kenapa Jiyoung tidak ada di mana-mana?” tanya Jinri, “langit begitu cerah hari ini” kata Jinri sambil melihat awan.
“mwoya..” gumam Jinri sambil menyipitkan matanya dan melihat sesuatu di atas gedung.
“apa menurutmu ada seseorang di atas gedung itu?” tanya Jinri pada Soojung yang masih sibuk mencari Jiyoung.
“aissh jangan bicara aneh-aneh” gumam Soojung.
“lihatlah, memang ada seseorang di atas sana!!” kata Jinri yang membuat Soojung mengikuti arah pandangan Jinri.
“astaga! Itu Jiyoung!! Sedang apa dia di sana?” tanya Soojung, “kajja!!” ajak Soojung.
            Mereka berdua pun berlari menaiki tangga dan segera menemukan pintu loteng.
“JIYOUNGAAA APA YANG KAU LAUKAN??” teriak Soojung.
“Jiyoungaaa mianhae aku tidak akan membahas tentang park chanyeol dan ice cream lagi, kumohon jangan lakukan itu!!” teriak Jinri sambil menangis melihat Jiyoung yang sedang duduk di pinggiran loteng.
“apa yang kalian lakukan? Aku hanya duduk di sini” kata Jiyoung dengan wajah polos.
“m..mwo? hya hyaa turunlaah!! Kau membuat kami khawatir dasar menyebalkan” oceh Soojung.
            Jiyoung pun tertawa terbahak-bahak.
“hya apa kalian pikir aku akan bunuh diri? Aku tidak akan melakukan hal sebodoh itu” kata Jiyoung.
“jiyoungaa mianhae, kau tidak ikut pelajaran karena aku” kata Jinri.
“aniyaa haha aku sudah memaafkanmu, lagipula aku sedang malas mengikuti pelajaran” kata Jiyoung.
“aissh kau membuatku takut” kata Jinri.
“kajja aku akan mentraktir kalian bubble tea” ajak Jiyoung.
            Mereka bertiga pun berjalan menuju kantin.
            Sepulang sekolah, Jiyoung pun mengayun sepedanya menuju rumahnya.
“oii Jiyoung” panggil seorang namja.
“eoh Kris” sapa Jiyoung.
“hya sejak kapan kau gunakan sepeda ke sekolah?” tanya Kris.
“sejak hari ini, aku bosan berjalan terus” kata Jiyoung, “apa kau mau pulang?” tanya Jiyoung.
“tentu saja.. hya apa kau tidak ingin mengangkutku bersama sepedamu? Aku lelah berjalan” kata Kris.
“mwo.. harusnya kau yang membonceng, kajja!!” ajak Jiyoung sambil turun dari sepedanya.
            Kris pun menaiki sepeda dan Jiyoung berdiri di belakang Kris.
“jalan!!” kata Jiyoung setelah berpegangan pada pundak Kris.
            Kris pun mulai mengayuh sepedanya.
“hyaa ini asik bukan? Hahahaha” tanya kris.
“tentu saja, bagaimana kalau mulai besok kita berangkat sekolah sambil bersepeda?” ajak Jiyoung.
“ide bagus!! Hahaha ini sangat menyenangkan” kata kris.
“hahaha tentu saja, kau ini.. hya perhatikan jalannya, jangan menoleh ke belakang” kata Jiyoung.
“aku bahkan bisa sampai rumah dengan memejamkan mata” kata Kris.
“aissh hyaa kau ini yang benar saja” kata Jiyoung sambil memukul bahu Kris.
“hya apa kau tidak percaya? Akan ku praktekan! Aku akan memejamkan mata dan kau yang menjadi navigator” kata Kris.
“hahaha aku tidak mau, aku tidak ingin mati!” teriak Jiyoung.
“navigator... aku tidak tahu jalan aku tidak bisa melihat jalan!!” teriak Kris.
“kyaaa kris!! Belok kanan hyaaaaa!! Teriak Jiyoung sambil memejamkan matanya.
“hahahahaha ini asik bukan? Kajja navigator, lanjutkan tugasmu!!” kata Kris masih sambil memejamkan matanya.
“kris didepanmu ada polisi tidur hyaaa pelankan sepedanya!!” teriak Jiyoung.
BRUUKK
            Mereka berdua pun tergeletak bersama sepedanya. Jiyoung pun berusaha duduk dan melihat Kris.
“pffttt bwahahahahaha kau gila kris!!!” kata Jiyoung sambil tertawa.
“hyaaa ini salahmu karena terlalu banyak mengoceh” kata Kris.
“pffftt ini sungguh menggelikan, kau benar-benar bodoh..” kata Jiyoung.
            Mereka berdua pun tertawa karena ulah bodoh Kris yang membuat mereka jatuh.
“hya lututmu berdarah” kata Kris.
“gwenchana, hanya sedikit lecet” kata Jiyoung.
“aissh lebih baik kita dorong sepedanya bersama-sama” kata Kris.
“itu lebih baik daripada kau menjadi supir yang buruk” kata Jiyoung yang disusul tawa oleh keduanya.
            Mereka berdua pun berjalan sambil mendorong sepeda Jiyoung.
“hmm gomawo Kris..” kata Jiyoung di tengah jalan.
“hya untuk apa?” tanya Kris.
“kau sudah membuatku tertawa hari ini, aku sudah lama tidak tertawa selepas tadi” kata Jiyoung.
“ne, cheonman.. nado gomawo” kata Kris.
“untuk apa?” tanya Jiyoung.
“aku juga sudah lama tidak tertawa, bahkan lebih lama dari dirimu” kata Kris.
“jjinja?” tanya Jiyoung.
            Kris hanya mengangguk.
“wae?” tanya Jiyoung.
“itu rahasia” kata Kris.
“aissh menyebalkan sekali” kata Jiyoung.
            Kris pun tersenyum melihat ekspresi Jiyoung.
“kau sangat cantik saat tersenyum, jadi jangan bersedih lagi” kata Kris.
“hyaa kau membuatku malu” kata Jiyoung.
“hahaha yeoja sepertimu bisa malu juga?” tanya Kris.
“hya kau mau ku pukul ya?!” teriak Jiyoung.
            Kris pun tertawa melihatnya.
“hya sudah sampai.. masuklah” kata kris.
“geurae, sampai jumpa” kata Jiyoung.
“ne..” jawab kris.
            Kris pun kembali berjalan menuju rumahnya. Senyumnya kini terus menghiasi bibirnya yang tipis itu.
“aku pulang..” teriak Kris begitu memasuki rumahnya.
“eoh.. kau terlihat begitu senang, ada apa denganmu?” tanya eomma Kris begitu melihat ekspresi anaknya.
“sesuatu yang baik terjadi padaku hari ini, gomawo eomma telah membawaku ke Korea” kata Kris sambil memeluk eommanya.
“mwo? Sepertinya ini mengenai seorang yeoja..” kata eomma.
“hyaaa bagaimana eomma tahu?” tanya Kris.
“tentu saja aku tahu, ini adalah firasat seorang eomma”  kata eomma.
            Kris pun tersenyum mendengar kata eomma-nya.
“sudahlah, cepat bersiap untuk makan malam.. kau bau sekali” kata eomma.
“aissh baiklah eomma” jawab Kris.
            Kris pun berjalan menuju kamarnya.
            Beberapa minggu berlalu sejak kejadian itu. Jiyoung dan Kris menjadi semakin akrab. Setiap pagi mereka pergi ke sekolah bersama dengan sepeda.
            Bel pulang sekolah pun berbunyi. Jiyoung yang baru saja keluar dari kelasnya bersama Soojung dan Jinri pun terkejut mendapati Kris sedang berdiri di depan kelas mereka.
“eoh Kris tumben kau menunggu di sini?” tanya Jiyoung.
“eoh ada yang ingin kubicarakan” kata Kris sambil memberi tatapan ‘aku-ingin-meminjam-jiyoung’ pada Soojung dan Jinri.
“ah kurasa kita pergi duluan saja” kata Soojung yang menangkap tatapan Kris.
“eoh wae geurae?” tanya Jinri yang sudah di tarik oleh Soojung.
“aissh mereka berdua selalu saja” gumam Jiyoung.
“haha kajja kita ke tempat parkir” ajak Kris.
            Mereka berdua pun berjalan menuju tempat parkir.
“Sehunah” sapa Jiyoung pada Sehun yang baru saja keluar dari ruang teater.
“hya Jiyoungh, eoh hey Kris” sapa Sehun.
“kau tidak ingin pulang bersama kami?” ajak Jiyoung.
“ani.. aku sedang sibuk dengan club teater, kalian duluan saja” kata Sehun.
“eoh baiklah.. kami pergi dulu” kata Kris.
“ne, hati-hati di jalan” kata Sehun.
“oke” jawab Jiyoung.
            Mereka berdua pun mengayuh sepedanya beriringan.
“hya Jiyoungah, apa minggu ini kau ada acara?” tanya Kris.
            Jiyoung pun terdiam. Tiba-tiba pandangannya kosong dan senyumnya pun musnah dari bibirnya. Hening terjadi di antara mereka berdua.
“Jiyoungah..” panggil Kris.
“ah ne?” tanya Jiyoung.
“apa minggu ini kau ada acara?” tanya Kris.
“minggu ini ya? Tentu saja, aku ada acara bersama seseorang” kata Jiyoung sambil tersenyum kembali.
“nugu?” tanya Kris.
“Chanyeol” jawab Jiyoung santai.
“mwo? Bukannya dia sudah...”
“sudah apa? Mati? Bagi semua orang dia memang sudah mati, tapi dia masih hidup bagiku” kata Jiyoung dengan nada yang seolah menegaskan.
            Kris pun terdiam.
“sudah sampai, aku akan masuk. Annyeong” kata Jiyoung.
“annyeong” kata Kris.
            Hari minggu pun telah tiba. Jiyoung pun mengayuh sepedanya menuju sebuah area pemakaman. Setelah berjalan mendekati sebuah gundukan di sana, Jiyoung pun duduk dan memeluk batu nisan yang bertuliskan nama seorang namja.
“bagaimana kabarmu? Kau pasti sehat kan?” tanya Jiyoung sambil menaruh sebuah rangkaian bunga di atas gundukan itu.
            Jiyoung pun memandangi gundukan di depannya. Sesekali seyuman tersungging di bibirnya.
“saengil chukae hamnida Chanyeolaah, tidak terasa sekarang kau sudah berumur 18 tahun, aku benar-benar mencintaimu. Ara?” tanya Jiyoung.
“apa yang akan kita lakukan? Hmm seharusnya aku mengajakmu makan sup rumput laut lalu menghabiskan hari di taman hiburan dan memakan permen kapas sebanyak yang kau mau” kata Jiyoung sambil tersenyum.
            Tanpa disadarinya, seorang namja mengawasinya dari balik sebuah pohon.
“hmm aku membawa ini untukmu” kata Jiyoung sambil mengeluarkan dua buah liontin.
            Jiyoung pun membuka masing-masing liontin itu. Terlihatlah foto Jiyoung dan Chanyeol yang sedang berbahagia saat itu.
“kau selalu menginginkan liontin pasangan kan? Aku membawanya untukmu, ottae? Kau suka fotonya?  Aku terlihat cantik kan? Hihihi” kata Jiyoung.
“satu untukmu..” kata Jiyoung sambil menggantungkan salah satu liontin di sebuah sisi batu nisan, “dan satu untukku” katanya sambil menggantungkan yang lainnya di lehernya.
“ottae? Ini bagus kan? Haha kau pasti menyukainya” kata Jiyoung sambil tersenyum dan melihat fotonya bersama Chanyeol di dalam liontin itu.
“baiklah..aku harus kembali, annyeong park chanyeol. Saranghae” kata Jiyoung lalu berdiri dan melangkah pergi.
            Jiyoung pun berjalan menuju sepedanya, namun dia keheranan melihat sebuah sepeda yang berada di sebelahnya.
“bukankah ini...” gumam Jiyoung.
“hya lama sekali” tanya Kris yang duduk di sebuah bangku.
“kau sedang apa di sini?” tanya Jiyoung.
“menunggumu, apa acaramu dengan Chanyeol sudah selesai?” tanya Kris.
“m..mwo? s..sudah” jawab Jiyoung tergagap.
“kajja kita pergi..” ajak Kris sambil berjalan menuju sepedanya.
“kita mau kemana?” tanya Jiyoung.
“sudahlah, ikuti aku saja” jawab Kris sambil menaiki sepedanya dan mengayuhnya, “hya kenapa kau melamun di situ?” tanya Kris yang membuat Jiyoung tersadar dari lamunannya.
“palli” kata Kris.
“ah ne” jawab Jiyoung sambil mengayuh sepedanya mengikuti Kris.
            Kris pun menghentikan sepedanya di sebuah danau.
“ini indah bukan” kata Kris sambil berjalan menuju sebuah bangku.
            Jiyoung hanya terdiam sambil memandangi sekawanan angsa yang sedang berenang di tengah danau.
“hya jangan suka melamun, kemarilah” ajak Kris sambil menepuk tempat duduk yang berada di sampingnya.
            Jiyoung pun berjalan mendekati Kris dan duduk di sampingnya.
“kenapa kau mengajakku kemari?” tanya Jiyoung.
“aku ini kan teman yang baik.. jadi aku mengajakmu kemari karena kurasa kau terlihat stress akhir-akhir ini” kata Kris.
            Jiyoung hanya terdiam.
“aniya.. sebenarnya aku ingin mengatakan sesuatu” kata Kris.
“marhaebwa” kata Jiyoung singkat.
“apa... apa baik-baik saja jika aku menyukaimu?” tanya Kris.
            Hening.
“tidak” jawab Jiyoung setelah beberapa menit.
“wae? Apa ini tentang Chanyeol?” tanya Kris.
            Jiyoung hanya terdiam.
“dia sudah meninggal Jiyoung, kau harus sadar” kata Kris.
            Jiyoung pun berdiri dan berjalan menuju sepedanya, namun Kris menarik tangannya.
“cobalah buka hatimu Jiyoung” kata Kris sambil menggenggam tangan Jiyoung.
“kau tidak akan pernah tahu apa yang kurasakan Kris” kata Jiyoung, air matanya mulai mengalir dari pelupuk matanya.
            Kris pun menghempaskan tangan Jiyoung dan membuang pandangannya ke arah danau, perlahan menghela nafas panjang.
“mwo? Aku tidak tahu yang kau rasakan? Aku tahu Jiyoung, aku bahkan sangat tahu!!” kata Kris penuh penekanan.
“aku bahkan pindah kemari untuk melupakannya namun aku tidak bisa... sampai aku bertemu denganmu dan aku melihat diriku sendiri di dalam dirimu, kita sama Jiyoung” kata Kris.
            Jiyoung hanya terisak. Kris pun memeluk Jiyoung didalam dekapannya.
“kau satu-satunya orang yang bisa merubahku Jiyoung, kumohon... aku benar-benar menyukaimu, ani.. aku benar-benar mencintaimu” kata Kris sambil memeluk Jiyoung dengan erat.
            Jiyoung pun perlahan mendorong Kris dan melepaskan pelukannya. Kris pun menatap lekat-lekat wajah Jiyoung dan mengusap air matanya.
“kumohon.. bisakah kau mulai membuka hatimu untukku?” tanya Kris.
            Jiyoung pun menggelengkan kepalanya.
“aku butuh waktu Kris” kata Jiyoung lalu berjalan menuju sepedanya dan mulai mengayuhnya.
            Kris pun memandang lirih ke arah gadis yang mulai pergi menjauh itu.
“gwencahana... aku akan menunggumu Lee Jiyoung” gumam Kris sambil berusaha tersenyum.
            Keesokan harinya, Jiyoung pun sedang membersihkan kelas bersama teman-temannya.
“Jiyoungah bisakah kau buang ini ke tempat sampah belakang sekolah? Sepertinya ini akan berguna untuk club daur ulang” kata Baekhyun.
“kenapa tidak kau saja? Aku kan sedang menghapus papan tulis” kata Jiyoung.
“ayolaaah akan kugantikan, kajja kajjaa” suruh Baekhyun sambil memaksa Jiyoung.
“aissh baiklaah, menyebalkan sekali kau ini” gumam Jiyoung.
“kau yang terbaik” teriak Baekhyun sambil beraegyo.
“issh menjijikkan sekali” kata Jiyoung yang sukses membuat Baekhyun memonyongkan bibirnya.
            Jiyoung pun berjalan sambil menyeret kantong berisi sampah plastik itu.
“aissh ini menyebalkan” gumam Jiyoung sambil merapikan beberapa sampah plastik yang berceceran.
            Setelah memasukkan beberapa sampah yang berceceran Jiyoung pun kembali menyeretnya. Saat melewati taman, tanpa disadarinya kantongnya tersangkut sebuah batu dan membuatnya berlubang. Beberapa sampah pun berceceran.
“hyaa kau tidak bisa menyeretnya seperti itu” teriak seorang namja dari belakangnya.
“eoh...” gumam Jiyoung sambil melihat Kris yang berada di belakangnya.
            Kris hanya menunjuk pada beberapa sampah yang berceceran.
“eoh....” kata Jiyoung terkejut sambil memeriksa kantongnya, “ini berlubang.. aissssh jjinja”  gerutu Jiyoung.
“butuh bantuan?” tanya Kris.
            Jiyoung pun menganggukkan kepalanya.
“seharusnya kau mengangkatnya seperti ini” kata Kris setelah merapikan semuanya.
“tidak bisa, aku kan tidak setinggi dirimu” kata Jiyoung sambil membuang pandangannya.
“aish sudah kuduga itu masalahmu” kata Kris.
“hyaaa jangan mulai mengejekku” protes Jiyoung.
“aku tidak mengejekmu.. ini kan kenyataan” kata Kris.
“hyaaa aissh menyebalkan sekali” kata Jiyoung sambil memukul lengan Kris.
“hahahaha pukulanmu itu payah sekali aku bahkan tidak merasakan apapun” ejek Kris.
“hyaaaa lebih baik cepat kita bawa ini ke tempat sampah daur ulang” kata Jiyoung.
“hahaha baiklah” kata Kris sambil tertawa.
            Jiyoung hanya memanyunkan bibirnya.
            Setelah sampai, Jiyoung pun membuka penutup tempat sampah dan Kris pun memasukkan kantong itu ke dalamnya. Mereka berdua pun berjalan kembali menuju kelasnya.
“Jiyounga apa kau sudah memikirkan perkataanku kemarin?” tanya Kris.
“oh ayolah Kris, aku tidak ingin membahas ini.. aku sudah bilang padamu kan kalau aku butuh waktu” kata Jiyoung.
“aku tahu, tapi tidak ada gunanya jika kau tidak berusaha melupakannya” kata Kris.
“melupakan katamu? Tidak akan Kris, aku pergi dulu” kata Jiyoung lalu berlari.
“Jiyoungaa hyaaa” panggil Kris namun tidak dihiraukan sama sekali oleh Jiyoung yang terus berlari.
            Kris hanya melihat lirih pada Jiyoung.
            Sepulang sekolah, Kris pun menunggu Jiyoung di tempat parkir. Beberapa saat kemudian terlihat Jiyoung sedang berjalan menghampiri sepedanya.
“kajja ikut aku” ajak Kris sambil menarik tangannya.
“hyaaa aissh lepaskan” kata Jiyoung sambil berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Kris.
“ikuti aku kalau kau tidak ingin menjadi pusat perhatian” kata Kris santai.
            Jiyoung pun baru saja menyadari kalau semua orang di tempat parkir itu memperhatikan mereka berdua.
“kau gila Kris” kata Jiyoung.
“ne, anggap saja aku namja gila yang sedang berusaha membuatmu membuka hati” kata kris.
            Jiyoung hanya terdiam.
            Mereka berdua pun menaiki bus. Hening. Itulah suasana diantara mereka berdua. Sesampainya di halte mereka berdua pun turun. Kris pun mengajak Jiyoung berjalan menuju taman yang berada di seberang halte dan duduk di sana.
“kenapa kau mengajakku ke tempat ini?” tanya Jiyoung.
“aku bosan, aku butuh suasana seperti ini untuk refreshing” kata Kris sambil memejamkan mata.
“lalu kenapa kau mengajakku?” tanya Jiyoung.
“aku juga membutuhkan seorang teman, aku tidak ingin terlihat seperti seorang penyendiri” kata Kris.
“dasar aneh, apa yang kau lakukan? Bahkan kau memejamkan matamu, apa kau sedang mengejekku?” tanya Jiyoung.
            Kris pun membuka matanya dan meberi isyarat pada Jiyoung untuk diam. Jiyoung hanya menghela nafas melihat Kris yang kembali memejamkan matanya.
“baiklah... terimakasih jessica” kata Kris kemudian membuka matanya.
“apa kau gila?” tanya Jiyoung.
“ani... aku mempraktekkan caramu, aku benar-benar bertemu dengannya..” kata Kris.
            Jiyoung hanya terdiam.
“dia bilang dia sudah bahagia di sana.. dia menyuruhku untuk memulai hidup baru dan menemukan yeoja yang baik untukku” kata Kris, “namanya Jessica, dia pergi meninggalkanku satu tahun yang lalu bahkan dia tidak bilang kalau dia mengidap leukimia stadium akhir” kata Kris dengan tatapan kosongnya.
            Jiyoung hanya terdiam menatap Kris yang sedang berbicara.
“terakhir bertemu dengannya aku mengatakan kalau aku sibuk dan harus membantu guruku menyalin nilai, dia terlihat pucat namun dia tidak mengaku kalau dia sedang sakit dan pergi begitu saja.. 15 menit kemudian aku mendengar kabar bahwa dia sudah pergi untuk selamanya.. benar-benar tidak dapat diduga kan?” tanya Kris sambil tersenyum, “saat itu aku merasa dunia berhenti berputar, aku menggila bahkan melebihi dirimu.. aku tidak mau pergi ke sekolah selama beberapa bulan. Apa yang kulakukan? Aku hanya menangis... akhirnya orang tuaku membawaku pindah ke Korea dan berhasil membuatku bersekolah kembali, haha bahkan mereka tidak tahu kalau kegiatanku di sekolah hanya kabur dari kelas dan tidur di taman belakang itu.. sampai aku bertemu denganmu yang sedang menangis sendiri di sana... sudah setahun selama bersekolah aku tidur di rumah kecil itu namun baru hari itu aku mendengar suara berisik dari seorang yeoja yang sedang menangis, aku keluar dan melihatnya... haha bahkan dia terlihat cantik saat sedang menangis” kata Kris.
            Kris pun menghentikan kata-katanya dan memandangi Jiyoung yang tengah memandangnya juga. Kris pun tersenyum.
“keesokan harinya aku mengetahui apa yang terjadi pada yeoja itu, hal yang sama dengan yang terjadi padaku.. namun dia berbeda, dia tetap memiliki semangat dan berusaha tersenyum meskipun jauh di dalam hatinya merasakan sakitnya luka yang teramat dalam yah sejak saat itu aku memutuskan untuk membantunya keluar dari masa lalunya dan memulai hidup baru.. tapi ternyata gadis itu yahh.. lumayan keras kepala” kata Kris.
            Jiyoung pun menatap Kris dengan tatapan aku-ingin-membunuhmu. Kris pun tertawa.
“tapi aku tidak papa.. aku akan menunggunya, bahkan jika membutuhkan waktu 1000 tahun aku rela menunggunya” kata Kris.
“hya.. apa kau baru saja membicarakanku secara tidak langsung?” tanya Jiyoung.
            Kris pun memandang Jiyoung dengan tatapan kesal.
“neo baboya? Tentu saja aku membicarakanmu” kata Kris.
“aissh jjinja.. aku tidak cukup pintar untuk mengerti semuanya, kau terlalu berkelit-kelit” kata Jiyoung.
“aissh apa kau segitu bodohnya? Jjinja... hya tunggu sebentar, aku ingin membeli sesuatu” kata Kris lalu berlari.
“hyaaa eodiga???” teriak Jiyoung namun Kris hanya berbalik dan tersenyum padanya.
            De javu. Itulah yang dirasakan Jiyoung. Hatinya benar-benar tidak tenang dengan keadaan seperti ini. Dia takut terjadi hal yang sama pada Kris. Tanpa sadar Jiyoung mulai mengkhawatirkan Kris yang tak kunjung kembali. Jiyoung pun memejamkan matanya. Dilihatnya Chanyeol duduk di sampingnya.
“kau harus melanjutkan hidupmu bukan? Apa yang kau lakukan? Eoh kenapa matamu bengkak? Aissh aku jadi merasa bersalah padamu” oceh namja itu.
            Jiyoung pun tersenyum.
“bogoshipo..” kata Jiyoung.
“nado..” kata Chanyeol, “kau lihat? Dia sangat tulus..” kata Chanyeol sambil menunjuk seorang namja yang sedang menyebrang.
“bagaimana denganmu? Aku masih mencintaimu” kata Jiyoung.
“apa kau akan terus-terusan seperti ini? Lagipula dia benar.. kau harus memulai kehidupanmu yang baru, lagipula aku sudah bahagia di sini, kau juga harus mencari kebahagiaanmu di dunia” kata Chanyeol.
            Jiyoung hanya terdiam.
“apa yang kau pikirkan? Kau tidak ingin menyesal kan?” tanya Chanyeol.
BRAAAAK
            Tiba-tiba terdengar suara tabrakan dari arah jalan. Jiyoung pun segera membuka matanya dan berlari ke arah jalanan. Dicarinya Kris ke segala penjuru arah namun nihil, Jiyoung tidak dapat menemukan namja tinggi itu. Jiyoung pun berputar, matanya bergerak cepat mencari sosok Kris namun nihil. Air matanya bercucuran.
“kumohon jangan lagi.. kumohon” rintih Jiyoung sambil menitikkan air matanya.
            Jiyoung pun berbalik untuk melihat orang di dalam kerumunan itu, namun matanya menangkap sosok namja yang dicarinya sedang membawa dua ice cream choco chips di tangannya dengan ekspresi bodoh yang senantiasa melekat di wajah tampannya.
“hya kenapa kau di sini? ada kecelakaan di sana.. aku melihatnya sebentar, maaf kalau sedikit lama” kata Kris tanpa mengubah ekspresi bodohnya.
“Kris..” kata Jiyoung sambil berlari dan memeluk Kris.
            Kris terkejut dengan sikap Jiyoung.
“dasar bodoh, kau membuatku takut!” teriak Jiyoung sambil memukuli punggung Kris, “syukurlah ini tidak terjadi lagi” kata Jiyoung sambil menangis di dalam pelukan Kris.
“hyaa nan gwenchana..” kata Kris sambil tersenyum, “apa kau mengkhawatirkanku?” tanya Kris.
            Jiyoung pun melepas pelukannya dan mengusap air matanya.
“tentu saja! Aku tidak mau hal yang sama terjadi padamu!” kata Jiyoung.
            Kris pun terdiam mendengar perkataan Jiyoung.
“aku baru saja menemuinya... dia bilang namja dihadapanku ini tulus dan aku tidak boleh menyia-nyiakan ketulusannya sebelum aku menyesal” kata Jiyoung.
            Kris pun tersenyum. Diberikannya dua ice cream yang dibawanya pada Jiyoung dan memeluk yeoja itu.
“jadi kau sudah mau membuka hatimu untukku?” tanya Kris.
“aku tidak perlu menjawabnya, kau sudah tahu jawabanku” kata Jiyoung.
            Kris pun melepaskan pelukannya dan mengacak pelan rambut Jiyoung. Diambilnya satu ice cream dari Jiyoung dan mulai memakannya. Jiyoung hanya terdiam memandangi ice cream di tangannya.
“apa yang kau lakukan? Itu akan meleleh jika tidak kau makan” kata Kris.
“a..aku..”
“cepat makan itu atau aku akan menciummu” kata Kris santai.
“hyaaa aisssh dasar!!” teriak Jiyoung sambil memukul lengan Kris.
            Mereka berdua pun tertawa.
            Dua minggu berlalu.
            Jiyoung dan Kris pun memasuki sebuah restoran.
“hari ini kita sedang beruntung, pemilik toko baru saja membuka toko ini dan menyediakan promo besar-besaran” kata Kris.
“jjinja? bisakah aku memesan ice cream ukuran jumbo?” tanya Jiyoung.
“tentu saja, apa kau mau itu?” tanya Kris.
“ne ne” jawab Jiyoung dengan semangat.
The End

Tidak ada komentar:

Posting Komentar