Label

Minggu, 21 Agustus 2016

Sejak Awal Kaulah Orangnya

"Apapun yang mengganggu pikiranmu, kau bisa menceritakannya padaku, kau tidak lupa kan kita sudah bersahabat sejak tiga tahun yang lalu?" Ucap Jeongkuk sambil memasang topi baseball favoritnya dengan posisi terbalik.

Rosè hanya dapat menghela nafas mendengar ocehan Jeon Jeongkuk, sahabatnya yang sudah dekat dengannya sejak mereka menginjak semester ke-tiga di bangku kuliah.

"Tidak ada. Sungguh" ucap Rosè sambil melanjutkan mengetik tugas paper yang akan dikumpulkan besok pagi.

"Kau sungguh ingin membohongiku? Aku mengenalmu Ros" kata Jeongkuk.

Rosè pun meghentikan kegiatannya dan memandang lurus mata Jeongkuk.

"Begini ya, Jeon Jeongkuk! Tugasku begitu banyak. Aku sedang mengerjakan tugas dan kau menanyaiku hal yang tidak berguna seperti ini. Aku kehilangan konsentrasi dan itu semua karenamu, jadi berhentilah bertanya, oke?" Jelas Rosè yang sudah tidak tahan lagi mendengar pertanyaan Jeongkuk.

"Baiklah. Untuk saat ini aku mengerti. Tapi sebaiknya kau ceritakan padaku apa masalahmu saat kau siap. Ingat ya, bagaimana pun kau mau menutupinya, aku tahu kau sedang ada masalah
Jadi jangan pernah menghindar lagi kalau besok aku akan menanyakan hal yang sama padamu" kata Jeongkuk sambil tersenyum menyebalkan.

"Terserah" sahut Rosè sambil membalas senyum menyebalkan Jeongkuk, lalu memasang wajah datar kemudian kembali tenggelam dalam laptopnya.

Jeongkuk pun melirik jam tangannya kemudian menghela nafas.

"Waktunya mejemput Ibuku, aku pergi dulu ya Rosie!" Katanya sambil berdiri, mengacak pelan rambut Rosè kemudian berjalan keluar cafè.

"Namaku Rosè!!" Protes Rosè yang hanya dibalas lambaian tangan Jeongkuk.

"Huh dasar menyebalkan!" Gumamnya.

Setelah yakin bahwa sahabatnya itu sudah pergi, Ia pun menutup laptopnya. Sebenarnya, Rosè tidak sedang mengerjakan tugas. Ia hanya berpura-pura untuk menghindari pertanyaan yang dilayangkan Jeongkuk untuknya. Pasalnya, sahabatnya itu terlalu mengenal Rosè dan tahu gelagatnya jika sedang memiliki masalah yang sedang melandanya dan payahnya Ia tidak pernah bisa menutupinya.

"Dasar bodoh, bagaimana bisa aku menceritakan masalahku kalau inti dari masalahku adalah kau?! Jeon Jeongkuk payah!!" gerutunya sambil menyedot habis jus jeruk yang sudah dipesannya sejak 30 menit yang lalu.

---

Malam itu, Rosè sedang asyik menonton reality show kesukaannya ketika ponsel yang Ia geletakkan tak jauh darinya bergetar.

"Aku tidak sedang dalam mood untuk menjawab pertanyaan sore ini. Tutup saja telponnya kalau itu tujuanmu menelepon" cerocos Rosè yang baru saja menekan gambar tombol hijau pada layar ponselnya.

Jeon Jeongkuk terkekeh renyah di seberang sana.

"Tidak, aku hanya ingin bertanya tentang tugasmu. Apa sudah selesai?"

"Belum. Seseorang memecahkan konsentrasiku, ingat?"

Lagi-lagi pria di seberang sana tertawa renyah. Sungguh Rosè selalu terkesan oleh tawa renyah sahabatnya itu. Tanpa sadar Ia menyunggingkan senyum membayangkan wajah Jeongkuk yang sedang tertawa.

"Ros.... kau masih di sana?"

Rosè pun sadar dari lamunannya.

"Ya, tentu..."

"Apa kau di rumah? Aku ke sana, ya?"

"Untuk apa? Oppa sedang tidak di rumah kalau kau mencarinya"

"Aku mau menemuimu, bodoh! Kan aku tanya apa kau di rumah, bukan Jimin hyung"

"Ya ampun jaga kata-katamu ya, idiot! Terserah kau saja"

"Baiklah aku ke sana!" Kata Jeongkuk sebelum menutup teleponnya.

Tak lama kemudian, pintu pun terbuka dan masuklah Jeon Jeongkuk ke dalam rumah.

"Aku datang!" Sapa Jeongkuk begitu memasuki ruang televisi.

Ia pun duduk di samping Rosè.

"oh sudah datang. Kau tidak bawa camilan apapun?"

"Apa yang ada di otakmu hanya camilan?"

"Tentu saja. Memangnya apa lagi?"

"Pikirkan aku saja. Bersyukurlah aku sampai rumahmu tanpa celaka sedikitpun"

"Kau kan baik-baik saja, tidak ada yang perlu di khawatirkan"

"Dasar keras kepala" kata Jeongkuk sambil mengacak rambut Rosè.

"Hya!" Protes Rose.

Lagi-lagi Jeongkuk hanya tertawa renyah melihat reaksi Rosè. Rosè yang mendengarnya secara langsung pun hanya berharap detak jantungnya yang semakin kencang itu tak terdengar oleh Jeongkuk.

"Astaga acara apa sih ini?" Tanya Jeongkuk yang baru saja mengalihkan pandangannya pada televisi.

"Tidak usah banyak komentar"

"Hmm sebenarnya aku tidak ingin berkomentar juga. Tapi ngomong-ngomong aku ke sini bukan tanpa tujuan" kata Jeongkuk sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

"Aku tidak mau jawab" jawab Rosè ketus.

"Tidak. Bukan itu yang kutanyakan, astaga Rosie dengarkan aku dulu bisa tidak sih?" Oceh Jeongkuk.

Rosè pun terkekeh. Inilah Jeon Jeongkuk yang sedang kebingungan. Ia pun mengangguk sambil membalas tatapan Jeongkuk.

"Katakan saja, seperti biasa aku akan mendengarkan" ucap Rosè.

"Begini..."

Hening.

"Apa?" Tanya Rosè.

"Ya ampun bagaimana ya cara mengatakannya"

"Katakan saja" kata Rosè yang mulai penasaran.

"Kau tahu junior kita yang bernama Shin Hyeri?"

"Euh... ya? Gadis yang rambutnya panjang dan selalu terlihat marah itu?"

"Yah..."

"Kenapa? Kau suka dia? Ingin aku membantumu mendapat kontaknya? Sekali-kali usahalah sendiri. Kau ini kan pria!" Oceh Rosè yang mulai jengah.

Bukan hal yang baru bagi Rosè ketika mendengar Jeongkuk meminta tolong untuk mencarikan kontak gadis yang disukainya kepada dirinya.

"Bukan seperti itu! Dengarkan aku dulu, ya ampun Park Rosè!!"

"Baiklah lanjutkan"

"Dia menyatakan perasaannya padaku"

"Lalu?"

"Aku bingung bagaimana harus menjawabnya"

"Kau suka dia?"

"Secara teknis dia cantik. Tapi aku sedang menyukai orang lain"

"Im Nayeon?"

"Bukan"

"Kim Yerim?"

"Bukan juga. Tunggu. Kenapa keluar topik begini, aku harus jawab apa?"

"Tolak saja. Kau kan tidak suka  dengannya. Apa susahnya?"

"Aku tidak tahu bagaimana menjawabnya. Aku pria dan aku tidak pernah mendapat pengakuan perasaan seperti ini, kau kan perempuan. Harusnya kau lebih tahu bagaimana cara menolak ketika seseorang menyatakan perasaan padamu kan?"

"Hmm aku ya.." kata Rosè sambil berpikir, "aku selalu menolak dengan alasan yang sejujur-jujurnya, untuk masalahmu sepertinya aku akan menjawab kalau aku tidak ada rasa padanya, kalau dia bilang tidak apa, aku akan bilang kalau aku sudah menyukai seseorang"

"Baiklah. Besok temani aku bertemu dengan Shin Hyeri, ya? Dia memintaku menjawab besok di kampus"

"Kau gila? Ini kan urusan kalian berdua! Aku tidak mau!"

"Kau sebagai saksi nyata bahwa aku sudah punya seseorang yang ku sukai"

"Baiklah. Tapi aku akan melihat kalian dari jauh, mengerti?"

"Tidak. Kau di sampingku"

"Kau gila"

"Percaya saja, aku punya rencana"

"Terserah padamu saja"

"Nah ini baru Rosie-ku" kata Jeongkuk sambil mengacak pelan rambut Rosè.

Rosè bersumpah kupu-kupu di dalam perutnya seakan berterbangan ketika mendengar kata-kata Jeongkuk. Belum lagi perlakuan itu. Ia sangat suka ketika seseorang mengacak pelan puncak kepalanya. Namun Ia dapat mengontrol dengan baik mimik wajah cool-nya.

"Hentikan, aku bukan peliharaanmu"

Jeongkuk pun terkekeh renyah.

---

"Baiklah, untuk hari ini cukup. Apa ada pertanyaan?" Ucap dosen pengajar mata kuliah hari itu.

"Rosie-ya!" Bisik seseorang sambil menepuk bahunya ketika salah satu mahasiswa lainnya mengajukan pertanyaan pada dosen di depan.

Rosè pun menoleh malas. Siapa lagi yang memanggilnya Rosie kalau bukan Jeon Jeongkuk.

"Iya iya kita bicarakan setelah dosennya keluar" kata Rosè yang sedikit risih, karena sejujurnya Ia juga sama tidak pahamnya dengan mahasiswa yang sedang bertanya dan Ia ingin mendengarkan penjelasan dosen yang sedang menerangkan.

Jeon Jeongkuk tersenyum menang sambil menganggukkan kepalanya.

Beberapa saat kemudian dosen pun selesai menerangkan dan kelas pun di akhiri. Jeongkuk langsung menarik tangan Rosè menuju luar kelas.

"Kita ke taman belakang sekarang" kata Jeongkuk tanpa mendengar ocehan Rosè.

Setelah berjalan cepat mengikuti Jeongkuk, di sanalah duduk seorang gadis bergaya casual sedang menunggu Jeongkuk. Gadis itu terlihat senang ketika Jeongkuk datang, namun raut mukanya berubah menjadi bingung ketika melihat Rosè dibelakang Jeongkuk. Kini pandangan gadis itu pun tertuju pada tangan Jeongkuk yang tengah menggenggam pergelangan tangan Rosè.

Rosè yang melihat hal itu pun berusaha melepas genggaman Jeongkuk namun tak bisa.

"Jeon Jeongkuk kau gila!" Bisik Rosè.

"Memang. Ayo ikuti aku"

"Astaga hari apa sih ini?!" Oceh Rosè dalam bisikan.

"Hyeri" sapa Jeongkuk.

"Ya, oppa... apa Oppa sudah memikirkannya?"

"Sudah. Dan aku benar-benar minta maaf. Kau cantik, tapi aku tidak memiliki perasaan apapun padamu selain menganggapmu sebagai junior"

"Tidak apa-apa, Oppa, aku bahkan tidak masalah kalau hanya aku yang menyukaimu. Toh perasaan bisa tumbuh kapan pun"

"Aku sudah mempunyai perasaan pada orang lain. Kau bisa melihatnya di hadapanmu sekarang" kata Jeongkuk sambil melirik Rosè yang sedari tadi bingung harus bagaimana dalam situasi seperti ini.

Mendengarnya, Rosè pun membelalakkan matanya karena terkejut.

"Tidak. Ini akal bulus Jeon Jeongkuk. Jangan terjebak Rosè-ya" ucap Rosè di dalam hatinya.

"Apa? Kau gila? Kenapa bawa-bawa aku???" Bisik Rosè, "Maafkan aku, sebenarnya dia memaksaku ikut kemari dan aku tidak mengira seperti ini kejadiannya, oke? Kumohon jangan salah paham" oceh Rosè yang disusul oleh decakan Jeongkuk.

"Apa?" Tanya Rosè pada Jeongkuk yang kini menatapnya lurus.

Jeongkuk pun menoleh pada Hyeri.

"Kau sudah dapat jawabanmu. Boleh minta waktu untuk kami berdua?" Kata Jeongkuk dengan wajah ramahnya.

Rosè yang melihatnya pun membulatkan matanya menyaksikan betapa kejamnya Jeon Jeongkuk pada gadis yang kini terlihat terpukul itu.

"B...baiklah.." kata gadis itu dengan kikuk lalu berlari menjauh dari dua orang itu.

Rosè pun menarik pergelangan tangannya.

"Kenapa kau lakukan itu? Dia bisa saja marah padaku? Kau tidak memikirkan hal itu, ya?" Oceh Rosè dengan wajah sebalnya.

"Yah setidaknya kau tahu perasaanku sekarang"

"Apa?!"

"Aku menyukaimu. Sekarang kau sudah tahu"

"Jangan main-main Jeon Jeongkuk. Aku pergi. Sebentar lagi ada kelas" kata Rosè sambil berjalan meninggalkan Jeongkuk.

"Kau juga suka padaku, kan?"

Langkah Rosè pun terhenti. Ia pun berbalik.

"Aku sangat mengenalmu. Dan aku suka dengan gelagatmu saat menutupi perasaanmu padaku" kata Jeongkuk sambil tersenyum.

Tanpa Ia sadari, air mata menetes dari pelupuk matanya. Ia pun berjongkok lalu menelungkupkan wajahnya diantara dua tangannya.

"Hya! Kau kenapa?!" Teriak Jeongkuk sambil menghampiri Rosè.

"Hya! Rosie-ya!!"

Rosè pun mengangkat kepalanya. Menatap wajah Jeongkuk.

"Apa begitu jelas?" Tanya Rosè sambil menangis.

"Tentu saja, dasar idiot!" Jawab Jeongkuk sambil tertawa gemas melihat reaksk Rosè.

"Ya ampun. Kau lebih idiot!" Gumam Rosè sambil mengusap air matanya.

Jeongkuk pun tertawa renyah.

"Astaga. Aku suka caramu tertawa" kata Rosè.

"Secara teknis aku memang punya senyum yang menawan" goda Jeongkuk.

"Hentikan. Dasar narsis"

"hahahaha ngomong-ngomong sudah berapa lama kau menyukaiku?" Tanya Jeongkuk.

"Entahlah. Aku lupa. Muncul begitu saja. Kau?"

"Sejak kau belum mengenalku"

"Bohong. Kau mendekati banyak perempuan selama ini"

"Itu. Aku tidak pernah mengontak mereka. Hanya ingin ada urusan denganmu saja. Kau bisa periksa ponselku, aku sama sekali tidak menyimpan kontak gadis-gadis itu"

"Wah kau gila ya, Jeon Jeongkuk...." kata Rosè tak habis pikir.

"Begini juga kau suka. Ayo berdiri. Kita harus merayakan hari ini. Ayo kencan" ajak Jeongkuk sambil mengulurkan tangannya.

Rosè pun menyambut uluran tangan Jeongkuk.

"Apa maksudmu? Sebelumnya juga kita sering keluar berdua, kan? Aku selalu menganggapnya kencan loh"

"Wah benar hahahah tapi kali ini lebih spesial. Karena kita sudah tahu perasaan masing-masing"

"Apa-apaan, menjijikkan sekali"

"Sudah. Diam saja sana dasar banyak bicara"

"Jangan mulai, ya!"

"Baiklah. Khusus hari ini aku tidak akan mengolok-olokmu"

"Hari ini dan seterusnya?"

"Itu tidak akan asik. Hari ini saja"

"Awas ya kalau berani"

Tawa renyah Jeongkuk pun turut meramaikan kota Seoul. Begitu juga dengan senyuman Rosè yang merekah setiap saat menghiasi hari dimana dua orang itu mengetahui perasaan masing-masing.

End💑

Minggu, 07 Agustus 2016

Blank Space

Hi bloggy,
This month is sooooo great. I've got birthday surprise, and i've experienced some great experiences while im in Sampang, Madura. So many happiness come to me but suddenly, this time, i feel something weird in the deep of my heart. Its like there is a hole that never be filled by something or maybe someone.... and i realize that actually that hole is something that never be filled.... something that have been empty for a long time... a space that is always blank. It waits for you to fulfill that blank space. But the question is, is there a time for you to fill it? Or there will a time for me to find someone new? I dont know. Lets wait and see the answer.